Monday, September 10, 2007

NAPAK TILAS JALAN DAENDELS


Mulai tanggal 1-8 September 2007 kemaren, PPMKI (Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia) mengadakan rally memperingati 200 tahun jalan Daendels yang dibuat dengan jerih payah, keringat dan nyawa bangsa Indonesia. Sekitar 12.000 jiwa melayang akibat pembuatan jalan ini.

Kita sekeluarga (Aki, Nene, Papah, Mamah dan Salma) pergi dari Bandung hari Jum'at siang karena start etape 1 dimulai Sabtu pagi di kantor Menpora. Start dari Jakarta Salma ikutan rally, ceritanya sih ngetes kuat apa ngga kalau ikutan rally.. Kita pake mobilnya Aki : Mercedes 220S tahun 1957. Kalau emang kuat, rencananya mau dibawa sampai Panarukan.

Ini dia cerita lengkapnya....

History dulu yah.. Saya ambil dari katalog Napak Tilas yang dibagiin panitia.

Pada tanggal 29 April 1808, dalam perjalanan daratnya dari Buetenzorg atau Bogor ke Semarang dan Oosthoek atau Jawa Timur, Gubernur Jenderal Willem Herman Daendels mendapatkan gagasan untuk memperlebar jalan dari Anyer hingga Panarukan sejauh 1000 km, yang kemudian dikenal dengan sebutan Jalan Raya Pos (Grote Postweg). Lebar jalan yang diinginkan adalah 7 meter.

Ruas pertama yang dilebarkan adalah Anyer-Batavia, kemudian diikuti ruas-ruas jalan lainnya seperti dari Bogor ke Karangsembung di daerah Cirebon dengan jarak sepanjang 250 km. Dalam membuat jalan itu, Daendels mengharuskan para sultan dan bupati agar mengerahkan ribuan pekerja rodi, tanpa imbalan sesenpun. Bagi pekerja yang mangkir, hukuman gantung di pohon menjadi imbalannya. Bagi pekerja yang taat, kematian tetap dekat. Selain serangan penyakit malaria juga karena pecutan dan kelelahan akibat membangun jalan di daerah sulit.

Salah satu daerah yang sukar ditempuh adalah Ciherang di Sumedang, yang kini dikenal dengan nama Cadas Pangeran. Pekerja paksa harus membelah gunung dengan peralatn sederhana. Dengan medan seberat itu, jumlah korban yang jatuh mencapai 5000 orang, atau hampir separuh dari total korban Jalan Raya Pos yang 12.000 orang.

Atas korban yang besar itu, Pangeran Kornel menjadi berang. Kegeraman itu lalu diabadikan dengan dibangunnya patung Cadas Pangeran, yang terletak di simpang Sumedang. Patung itu menggambarkan Pangeran Kornel yang menyalami Daendels dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memegang keris.



Jalan Raya Pos diselesaikan persis setahun. Sejak itu arus transprotasi menjadi lebih cepat. Jarak Anyer-Batavia yang semula ditempuh Daendels selama 4 hari, setelah uas Jalan Raya Pos selesai dapat ditempuh hanya dalam 1 hari. Batavia-Semarang-Surabaya dapat ditempuh hanya dalam 6 hari, padahal sebelumnya harus ditempuh selama berbulan-bulan.

Kini Jalan Raya Pos memasuki usia yang ke-200 tahun. Banyak sisi telah berubah, sebagian diantaranya bahkan telah hilang ditelan waktu. Dengan menelusuri kembali rute Jalan Raya Pos, Weltevreden (kantor Daendels) yang sekarang menjadi RSPAD atau Koeningsplein (taman raja) yang sekarang menjadi Monas memang tidak akan kembali seperti dulu. Tapi setidaknya kepingan-kepingan sejarah itu bisa ditata kembali menjadi sebuah pengalaman wisata yang tidak terlupakan.


Bersambung....

No comments:

Blog Widget by LinkWithin